Waspada, Ini Penyebab Bayi Meninggal dalam Kandungan

Kabar duka datang dari pasangan artis Irish Bella dan Ammar Zhoni. Jika sebelumnya terdengar kabar bahagia Irish Bella dikaruniai kehamilan kembar, kabar terbarunya bayi kembar mereka meninggal dalam kandungan di usia 25-26 minggu.

film Dua Garis Biru

Selama menjalani kehamilan, Irish rupanya mengalami beberapa gangguan kesehatan. Dia pernah mengalami pendarahan, sempat terindikasi terena infeksi di saluran kemih, Hemoglobin (Hb) rendah dan sempat menangani tekanan darah tinggi.

Namun, di luar kasus tersebut, ada banyak kasus bayi meninggal dalam kandungan. Penyebabnya bermacam-macam. Nah, mari kita pahami lebih jauh mengenai kondisi bayi meninggal dalam kandungan. Apa saja penyebabnya dan bagaimana cara pencegahannya?

Perbedaan Meninggal dalam Kandungan dan Keguguran

Kondisi bayi meninggal dalam kandungan (intrauterine fetal death atau IUFD) berbeda dengan keguguran. Bayi disebut meninggal di dalam kandungan jika usia kehamilan berada di atas 20-28 minggu. Namun, ada pula kriteria lainnya bayi dinyatakan meninggal dalam kandungan yaitu beratnya mencapai lebih dari 350 gram.

Lalu apa yang membedakan kondisi ini dengan keguguran? Keguguran adalah kondisi ketika kematian janin terjadi saat usia kandungan belum mencapai 20 minggu. Saat bayi meninggal dalam kandungan, maka sang bayi harus dilahirkan. Namun, saat terjadi keguguran, ibu harus melalui proses kuret.

(Baca juga: Film Dua Garis Biru Booming, Ternyata Ini Risiko Hamil Terlalu Dini)

Faktor Penyebab Terjadinya IUFD

Tentunya, tak ada orangtua yang mau kehilangan anaknya, apalagi jika hal itu terjadi bahkan sebelum anak dilahirkan. Maka dari itu, tak ada salahnya mengenal lebih jauh berbagai kemungkinan penyebab bayi meninggal dalam kandungan.

  • Cacat genetik

Kelainan atau cacat genetik juga dapat menjadi penyebab bayi meninggal dalam kandungan. Misalnya apabila ada kelainan pada kromosom janin yang membuat organ vital janin tak mampu berkembang optimal.

  • Plasenta tak berfungsi dengan baik

Plasenta yang tak berfungsi dengan baik juga bisa mengakibatkan hal yang fatal yaitu perkembangan janin yang terganggu atau bahkan kematian janin. Karena apabila plasenta tak berperan dengan baik, maka penyaluran nutrisi untuk janin bisa terhambat.

  • Pendarahan

Pendarahan yang terjadi selama kehamilan perlu diwaspadai. Pendarahan hebat bahkan dapat menyebabkan bayi meninggal dalam kandungan. Salah satu penyebab pendarahan adalah ketika plasenta mulai terpisah dengan rahim sebelum persalinan atau disebut abrupsi plasenta (placental abruption). Jika   plasenta terlepas, tentunya asupan nutrisi serta oksigen untuk janin terhenti.

  • Masalah kesehatan ketika hamil

Jika ibu punya masalah kesehatan yang cukup serius saat hamil, juga bisa menyebabkan bayi meninggal dalam kandungan. Masalah yang dimaksud antara lain hipertensi, diabetes, infeksi bakterii, malaria hingga preeklamsia.

  • Gaya hidup tak sehat

Gaya hidup yang tak sehat dapat memicu terjadinya kematian bayi dalam kandungan. Merokok ketika hamil dapat mengurangi suplai oksigen bagi janin. Hal ini tentu sangat membahayakan nyawa bayi. Selain itu, jika sang ibu obesitas dan mengonsumsi minuman beralkohol juga dapat berpengaruh terhadap kondisi bayinya.

  • Kehamilan lebih dari 42 minggu

Usia kehamilan yang melebihi 42 minggu atau melewati batas normal juga berpotensi menimbulkan kematian bayi dalam kandungan.   Ketika usia kandungan sudah terlalu tua, peran plasenta tak lagi optimal sehingga janin terancam kurang asupan nutrisi dan oksigen.

Air ketuban juga akan menjadi lebih kental serta hijau. Jika air ketuban dalam kondisi seperti itu masuk ke tubuh bayi, maka dapat menimbulkan kondisi keracunan yang membahayakan bayi.

(Baca juga: 7 Tren Ibu Hamil Zaman Now)

Mengurangi Risiko IUFD

Memang, kasus bayi meninggal dalam kandungan tak semunya dapat dicegah. Namun, tetap saja ada beberapa upaya yang bisa dilakukan ibu hamil untuk mengurangi risikonya:

  • Istirahat cukup
  • Gaya hidup sehat: tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan tidak mengonsumsi obat-obatan berbahaya
  • Rutin periksa kehamilan
  • Hindari tidur terlentang ketika usia kehamilan sudah lebih dari 28 minggu
  • Apabila menemukan tanda yang mencurigakan misalnya gerakan janin yang menurun, segera konsultasi ke dokter

Itulah sekilas mengenai penyebab dan bagaimana mengurangi risiko bayi meninggal dalam kandungan. Yuk, lindungi keluarga kamu dengan asuransi kesehatan terbaik, cek pilihannya di CekAja.com!